Kamis, 20 Februari 2014

Zakheus Anak Abraham


Pembacaan Alkitab : Lukas 19:1-10

Kata Yesus kepadanya : "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, 
karena orang ini pun anak Abraham." Ayat 9


     Pepatah kuno berkata "Buah pohon jatuh tidak akan jauh dari pohonnya" ungkapan ini hendak menjelaskan hubungan antara orang tua dan anaknya. Pada umumnya kecenderungan seorang anak akan mengikuti apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Hal ini terjadi secara alamiah. Sikap kedua orang tua diwariskan secara natural kepada anak melalui proses genetika. Namun bagaimana dengan kehidupan orang tua yang baik tetapi dikemudian hari kehidupan anak-anaknya hancur berantakan, atau sebaliknya kehidupan kedua orang tua yang hancur berantakan tetapi dikemudian hari anaknya tumbuh menjadi anak-anak yang baik. Ini misteri kehidupan yang sulit dijawab. Mungkin "Pohon itu tumbuh di tebing, sehingga buahnya jatuh jauh dari pohonnya". Hal inilah yang saya temukan dari kehidupan Zakheus. Lukas mencatat bahwa Zakheus adalah anak Abraham artinya Zakheus keturunan Abraham. Saya berharap anda tahu siapa itu Abraham? Jika lupa-lupa ingat biar saya ingatkan kembali. Abraham atau Abram berasal dari Ur-Kasdim di Mesopotamia Selatan; dipanggil untuk memasuki tanah kanaan. Penulis kitab Ibrani menjelaskan demikian "Karena Iman Abraham taat" ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalau ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Karena Iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah. Karena Iman ia juga dan Sarah beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia. Karena Iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan : "keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu" karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati, dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali" (Ibrani 11). Semuanya karena Iman.

      Abraham memiliki Iman yang mendapat pengakuan dari Tuhan. Sampai disini apakah anda merasakan ada sesuatu yang kurang sesuai? Saya juga merasakan hal itu. Lihatlah kehidupan Zakheus keturunan Abraham itu. Zakheus ibarah sebuah pohon yang tumbuh di tebing, sehingga buahnya jatuh jauh dari pohonnya. Tinggal di Yerikho, bekerja full time untuk bangsa Romawi, melakukan tindakan korupsi kepada bangsanya sendiri, seorang pengkhianat, lalu pantaskah Zakheus menyandang gelar anak Abraham? Menurut saya pantas. Sebab Yesus ternyata melihat dari sisi yang berbeda. Yesus melihat Iman Abraham tetap diwariskan dalam diri Zakheus . Hari itu di kota Yerikho, Yesus melihat iman itu. Karena iman Zakheus  berlari mendahului orang banyak, karena iman Zakheus  walaupun seorang pejabat yang kaya ia memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, karena iman Zakheus turun dari pohon itu dan menerima Yesus. Jadi Zakheus layak disebut anak Abraham sebab Zakheus juga memiliki iman seperti iman Abraham. Bagaimanakah dengan iman percaya kita? Pastikan hari ini dan hari esok semua pekerjaan yang kita lakukan kita kerjakan dengan iman. Seperti iman Zakheus keturunan Abraham. (Ratno Afrianto  Harinei, S.Th. - Ketua Galilea Youth Ministry)