Ingin Tahu atau Berbelas Kasih?
“Murid-murid-Nya
bertanya kepada-Nya : “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau
orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” (Ayat 2)
Mengapa ketika kita mendengar
tentang seseorang yang sedang menderita, kita lebih tertarik pada hal-hal
seperti apa yang terjadi, mengapa, kapan dan dimana kejadiannya dari pada
tentang bagaimana caranya kita dapat menolong dirinya?
Waktu para murid melewati seorang
pengemis buta, keingintahuan mereka tentang mengapa pengemis itu menderita
melebihi keinginan mereka untuk memberi pertolongan. “Siapakah yang berbuat
dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” tanya
mereka. Pertanyaan mereka kepada Tuhan Yesus itu menunjukkan bahwa jalan
pikiran mereka sangat jauh berbeda dengan hati sang Tuan. Bahkan sebenarnya,
dalam pertanyaan mereka ini tersembunyi niat menghakimi atau keinginan untuk
mengetahui siapa yang akan disalahkan dan seolah-olah hal itu akan membuat
semua pihak merasa lebih baik.
Bersyukurlah karena Tuhan Yesus memberi
teladan berupa tanggapan yang penuh belas kasih. Bukannya berspekulasi dan
menyalahkan, Dia justru mengerahkan kemampuan-Nya untuk menolong yang dalam
kesempatan itu berarti memberi orang itu kesembuhan total. Dia pun dengan jelas
menyatakan bahwa kebutaan orang itu dimaksudkan untuk menyediakan kesempatan
bagi Allah untuk dipermuliakan melalui jalan belas kasih dari Tuhan Yesus.
Merasa ingin tahu tentang masalah
seseorang? Beralihlah kepada cara Tuhan Yesus dan arahkanlah perasaan kita yang
sekedar penasaran menjadi keinginan untuk mengetahui apa yang dibutuhkannya. Jangkaulah
dan rasakanlah penderitaan seseorang. Tunjukanlah kasih Yesus yang penuh belas
kasih melalui tindakan nyata. Jadi, apakah kita ingin seperti Yesus? Gantilah rasa
ingin tahu kita dengan belas kasih terhadap seseorang. (Mayor Merling Sandjo, S.Th. – Opsir Pemimpin)
0 komentar:
Posting Komentar